Memilih untuk traveling sendirian memang bukan hal yang mudah.
Banyak orang yang suka jalan-jalan, suka traveling. Tapi kalau ditanya untuk traveling
sendirian mungkin akan berpikir dua kali untuk melakukannya.
Dulu saya sempat berpikir, berani traveling
sendirian itu berarti kita harus siap untuk nggak punya teman ngobrol. Memang sih kita bisa bertemu banyak orang
ketika jalan-jalan dan bisa berinteraksi dengan mereka. Tapi nggak mungkin akan
sedekat atau seintens kalau kita punya teman ngobrol yang memang dari awal
sudah dekat dengan kita.
Faktor paling penting yang perlu
dijadikan pertimbangan untuk traveling sendiri adalah factor keselamatan. Apalagi
buat seorang perempuan. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk traveling
sendiri. Kalau traveling sendiri itu berarti kemana-mana kita sendiri, yang
dapat diandalkan ya diri kita sendiri. Jadi kita harus benar-benar siap mental
dan siap dalam hal apapun untuk menghadapi apapun situasinya.
Sampai pada satu kesempatan, saya pun
akhirnya merasakan betapa serunya traveling sendirian. Ternyata solo traveling itu
nggak seburuk yang saya kira.
Beberapa waktu yang lalu saya menjadi
pemenang blog competition yang berhadiah paket sunrise tour ke Bromo. Saya
excited sekali untuk bisa mengunjungi Bromo. Jujur saja saya memang belum
pernah mengunjungi Bromo sebelumnya. Tapi ada satu hal yang membuat saya agak
ragu apakah saya tetap mengambil hadiahnya atau tidak. Satu sisi saya ingin ke
Bromo, namun di sisi lain saya harus berangkat ikut tour sendirian. Tanpa ada
satupun orang yang saya kenal. Saya pun membuang segala keraguan pada diri saya.
Saya akhirnya tetap memutuskan untuk mengambil hadiah tersebut dan nekat ke
Bromo untuk pertama kalinya tanpa satupun teman yang sudah saya kenal. Kesempatan
tidak akan datang dua kali.
Hari keberangkatan untuk menuju Bromo
pun tiba. Saya telah menghapus segala keraguan saya. Saya dijemput oleh sopir
agen tour sekitar tengah malam. Ketika saya memasuki jeep yang akan saya
tumpangi untuk menuju destinasi, saya
pun terkejut karena ternyata saat itu hanya ada saya dan sopir tersebut. Saya
sempat berpikir mungkin memang hanya saya saja yang berangkat ke Bromo malam
itu. Ada sedikit rasa takut dalam diri saya ketika mengetahui hal tersebut.
Selama perjalanan, saya berbincang-bincang dengan pak sopir. Mencoba memecahkan
keheningan sembari saya tak henti-hentinya berdo’a dalam hati agar saya
diberikan keselamatan sampai saya pulang keesokan harinya.
Dugaan saya salah. Ternyata ada 3 orang
perempuan yang dijemput setelah saya dan juga ikut tour malam itu. Saya
bersyukur. Setidaknya saya bukan satu-satunya orang yang ada di dalam jeep bersama
pak sopir. 3 orang perempuan itu duduk di seat belakang. Saat mereka masuk jeep
saya berusaha untuk tersenyum. Saya mencoba bersikap ramah dan terlihat friendly pada mereka. Tapi respon mereka
tidak begitu baik. Mereka sibuk dengan dirinya masing-masing. Saya tak ambil
pusing. Saya pun akhirnya ikut bersikap masa bodoh.
Saya pikir ketika sampai di Bromo nanti
pak sopir ini juga akan merangkap menjadi guide. Setidaknya mengantarkan
peserta trip ke tempat tujuannya. Ternyata apa yang saya pikirkan salah.
Peserta tour dibiarkan untuk mengeksplor sendiri tanpa ditemani pak sopir.
Saya masih ingat bagaimana respon 3
mbak-mbak itu pada saya ketika mereka memasuki jeep. Saya malas untuk mengajak
mereka jalan bareng, apalagi jika saya secara terang-terangan meminta bergabung
dengan mereka bertiga. Saya tidak peduli lagi meskipun saya harus jalan
sendirian selama satu hari penuh. Tidak masalah bagi saya. Kejengkelan saya
mengalahkan rasa ragu saya.
Ketika saya akan jalan sendiri, tak
diduga mereka bertiga memanggil saya. Mereka justru meminta agar saya menjadi
penunjuk arah atau sebagai guide mereka. Entah apa yang ada dipikiran mereka.
Mereka sepertinya tidak tahu bahwa saya pun juga baru pertama kalinya
mengunjungi Bromo.
Lama kelamaan suasana mulai mencair.
Saya dan ketiga mbak-mbak itu pun semakin dekat. Rasa jengkel saya karena
mereka tidak merespon baik menghilang. Bahkan sampai sekarang pun saya masih
menjalin hubungan baik dengan mereka.
Yah setidaknya pengalaman solo traveling
saya untuk pertama kalinya cukup menyenangkan dan mengesankan. Dari yang
awalnya saya berangkat sendirian tanpa satupun teman yang saya kenal, sampai
pada akhirnya saya justru mendapatkan teman-teman baru dari berbagai daerah.
Solo
traveling was not all that bad, kok. Saya berkeinginan
untuk melakukan solo traveling lagi. Yah
semoga ada kesempatan dan segera terwujud!
-------
*NB: fyi, tulisan ini akan segera diterbitkan untuk dipamerkan dalam acara pameran karya UKMP dalam buku kompilasi tulisan kelompok gagas media. hihihi :)
not allowed to copy and paste without permission
copyright by ephemera blog