Senin, 21 April 2014

Traveling Sendirian, Kenapa Nggak?!

Memilih untuk traveling sendirian memang bukan hal yang mudah. Banyak orang yang suka jalan-jalan, suka traveling. Tapi kalau ditanya untuk traveling sendirian mungkin akan berpikir dua kali untuk melakukannya.

Dulu saya sempat berpikir, berani traveling sendirian itu berarti kita harus siap untuk nggak punya teman ngobrol. Memang sih kita bisa bertemu banyak orang ketika jalan-jalan dan bisa berinteraksi dengan mereka. Tapi nggak mungkin akan sedekat atau seintens kalau kita punya teman ngobrol yang memang dari awal sudah dekat dengan kita.

Faktor paling penting yang perlu dijadikan pertimbangan untuk traveling sendiri adalah factor keselamatan. Apalagi buat seorang perempuan. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk traveling sendiri. Kalau traveling sendiri itu berarti kemana-mana kita sendiri, yang dapat diandalkan ya diri kita sendiri. Jadi kita harus benar-benar siap mental dan siap dalam hal apapun untuk menghadapi apapun situasinya.

Sampai pada satu kesempatan, saya pun akhirnya merasakan betapa serunya traveling sendirian. Ternyata solo traveling itu nggak seburuk yang saya kira.

Beberapa waktu yang lalu saya menjadi pemenang blog competition yang berhadiah paket sunrise tour ke Bromo. Saya excited sekali untuk bisa mengunjungi Bromo. Jujur saja saya memang belum pernah mengunjungi Bromo sebelumnya. Tapi ada satu hal yang membuat saya agak ragu apakah saya tetap mengambil hadiahnya atau tidak. Satu sisi saya ingin ke Bromo, namun di sisi lain saya harus berangkat ikut tour sendirian. Tanpa ada satupun orang yang saya kenal. Saya pun membuang segala keraguan pada diri saya. Saya akhirnya tetap memutuskan untuk mengambil hadiah tersebut dan nekat ke Bromo untuk pertama kalinya tanpa satupun teman yang sudah saya kenal. Kesempatan tidak akan datang dua kali.

Hari keberangkatan untuk menuju Bromo pun tiba. Saya telah menghapus segala keraguan saya. Saya dijemput oleh sopir agen tour sekitar tengah malam. Ketika saya memasuki jeep yang akan saya tumpangi untuk menuju destinasi,  saya pun terkejut karena ternyata saat itu hanya ada saya dan sopir tersebut. Saya sempat berpikir mungkin memang hanya saya saja yang berangkat ke Bromo malam itu. Ada sedikit rasa takut dalam diri saya ketika mengetahui hal tersebut. Selama perjalanan, saya berbincang-bincang dengan pak sopir. Mencoba memecahkan keheningan sembari saya tak henti-hentinya berdo’a dalam hati agar saya diberikan keselamatan sampai saya pulang keesokan harinya.

Dugaan saya salah. Ternyata ada 3 orang perempuan yang dijemput setelah saya dan juga ikut tour malam itu. Saya bersyukur. Setidaknya saya bukan satu-satunya orang yang ada di dalam jeep bersama pak sopir. 3 orang perempuan itu duduk di seat belakang. Saat mereka masuk jeep saya berusaha untuk tersenyum. Saya mencoba bersikap ramah dan terlihat friendly pada mereka. Tapi respon mereka tidak begitu baik. Mereka sibuk dengan dirinya masing-masing. Saya tak ambil pusing. Saya pun akhirnya ikut bersikap masa bodoh.

Saya pikir ketika sampai di Bromo nanti pak sopir ini juga akan merangkap menjadi guide. Setidaknya mengantarkan peserta trip ke tempat tujuannya. Ternyata apa yang saya pikirkan salah. Peserta tour dibiarkan untuk mengeksplor sendiri tanpa ditemani pak sopir.

Saya masih ingat bagaimana respon 3 mbak-mbak itu pada saya ketika mereka memasuki jeep. Saya malas untuk mengajak mereka jalan bareng, apalagi jika saya secara terang-terangan meminta bergabung dengan mereka bertiga. Saya tidak peduli lagi meskipun saya harus jalan sendirian selama satu hari penuh. Tidak masalah bagi saya. Kejengkelan saya mengalahkan rasa ragu saya. 

Ketika saya akan jalan sendiri, tak diduga mereka bertiga memanggil saya. Mereka justru meminta agar saya menjadi penunjuk arah atau sebagai guide mereka. Entah apa yang ada dipikiran mereka. Mereka sepertinya tidak tahu bahwa saya pun juga baru pertama kalinya mengunjungi Bromo.

Lama kelamaan suasana mulai mencair. Saya dan ketiga mbak-mbak itu pun semakin dekat. Rasa jengkel saya karena mereka tidak merespon baik menghilang. Bahkan sampai sekarang pun saya masih menjalin hubungan baik dengan mereka.

Yah setidaknya pengalaman solo traveling saya untuk pertama kalinya cukup menyenangkan dan mengesankan. Dari yang awalnya saya berangkat sendirian tanpa satupun teman yang saya kenal, sampai pada akhirnya saya justru mendapatkan teman-teman baru dari berbagai daerah.

Solo traveling was not all that bad, kok. Saya berkeinginan  untuk melakukan solo traveling lagi. Yah semoga ada kesempatan dan segera terwujud! 

-------
*NB: fyi, tulisan ini akan segera diterbitkan untuk dipamerkan dalam acara pameran karya UKMP dalam buku kompilasi tulisan kelompok gagas media. hihihi :)

not allowed to copy and paste without permission
copyright by ephemera blog