Rabu, 30 April 2014

Serambi Mekah itu Kini Telah Bangkit

 Masih teringat di benak kita, tragedi Tsunami dahsyat yang menimpa Bumi Serambi Mekah pagi itu. 26 Desember 2004, Banda Aceh berguncang begitu hebatnya. Kian lama air laut pun ikut bergemuruh. Tak memandang seberapa kokohnya bangunan dan gedung-gedung yang ada, faktanya air laut itu mampu menghancurkan semua yang ada di Aceh hingga hampir rata dengan tanah.

Aceh setelah diguncang Tsunami 2004
Source : shideoneway.blogspot.com
10 tahun setelah tragedi Tsunami yang menimpa, tampaknya Aceh telah banyak mengalami perubahan yang sangat berarti. Aceh dulu hampir seperti kota mati. Hanya tersisa puing-puing bangungan dan beragam cerita memilukan masyarakatnya. Kini Aceh pun telah berbenah diri. Pembangunan infrastruktur pun terus diusahakan oleh pemerintah daerah, begitu pula dari sektor pariwisata. Aceh memiliki banyak sekali potensi dan kekayaan, seperti kekayaan alam, budaya, dan kearifan lokalnya. Aceh memiliki keunikan dan identitas tersendiri. Mayoritas masyarakatnya yang muslim membuat suasana ketika datang ke daerah ini begitu kental akan keislamannya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Begitu pula dengan letak geografisnya. Aceh yang menjadi batas negeri ini menawarkan wisata alam yang begitu indah. Misalnya saja di Sabang yang menjadi batas ujung barat Nusantara. Tentu rasanya akan berbeda ketika kita bisa menginjakkan kaki di wilayah paling barat negeri ini. 

Aceh tak hanya sekedar wisata alam, budaya, kuliner, dan sebagainya. Tragedi tsunami 2004 seolah memberikan hikmah pada bumi serambi Mekah ini. Tragedi Tsunami membuat Aceh memiliki wisata yang tak dimiliki wilayah-wilayah lain di Indonesia. Aceh memiliki jenis wisata unik yang sayang untuk dilewatkan ketika berkunjung kesana. Wisata Tsunami. Begitulah jenis wisata ini disebut. Kini Wisata Tsunami memiliki magnet tersendiri bagi para pengunjung yang sedang datang ke provinsi ini. 

Inilah beberapa tempat wisata tsunami yang kini menjadi andalan Aceh:

Museum Tsunami Aceh

Source: destindonesia.com 

Museum ini dapat menjadi tempat perenungan tragedi tsunami Aceh. Di dalam museum ini, pengunjung seolah dibawa untuk merasakan betapa dahsyatnya peristiwa memilukan yang terjadi tahun 2004 itu. Museum yang digagas oleh Ridwan Kamil yang sekarang menjabat sebagai walikota Bandung ini diresmikan pada Februari 2008. 4 tahun setelah terjadinya Tsunami. 

Memorial Hill tempat nama-nama korban tsunami Aceh.
Source:  museumtsunami.blogspot.com

Museum ini terdiri dari 2 lantai. Kita bisa menemui area terbuka yang berfungsi untuk mengenang peristiwa tsunami; ruang pamer yang berisi penjelasan mengenai pratsunami, saat terjadi tsunami, dan pascatsunami; media pembelajaran seperti perpustakaan, ruang alat peraga, ruang 4 dimensi; dan tak kalah juga terdapat souvenir shop. Selain itu, di dalam museum ini terdapat sebuah tembok yang bisa disebut sebagai memorial hill untuk nama-nama korban tsunami dan diorama sebuah kapal yang terdampar di daratan Aceh yang kini menjadi PLTD Apung dan menjadi salah satu destinasi wisata tsunami di Aceh. 

Museum tsunami yang terletak di Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh ini buka setiap hari (kecuali Jum'at) mulai pukul 10.00-12.00 dan 15.00-17.00. Jika anda sedang mengunjungi Aceh dan berkeinginan untuk wisata tsunami, museum tsunami Aceh ini adalah salah satu tempat wisata yang wajib anda kunjungi. 


PLTD Apung
PLTD Apung seolah menggambarkan betapa dahsyatnya tsunami yang menerjang Aceh. Bagaimana tidak? PLTD Apung ini sebenarnya adalah kapal yang tersapu ombak sejauh 3 km ke daratan Aceh saat tsunami. Kapal seberat 2600 ton ini mampu dikalahkan oleh kedahsyatan air laut tsunami. Kapal miliki PT. PLN (Pembangkit Listrik Negara) kini menjadi sebuah monumen peringatan tsunami. Di sekitar PLTD Apung pun, pemerintah kini memfasilitasi sebuah taman edukasi untuk masyarakat secara luas. 

Source: www.rottmair.de

PLTD Apung buka setiap hari pada pukul 09.00-12.00 dan 14.00-17.30. Tetapi pada hari Jum'at buka pada pukul 14.00-17.00. Untuk mengunjungi salah satu monumen peringatan tsunami ini pengunjung hanya perlu membayar sumbangan 2.000 rupiah per orang. Sangat terjangkau bukan untuk sebuah tempat wisata yang unik dan menarik ini?!

Masjid Baiturrahman, Banda Aceh

Tak seperti masjid-masjid di wilayah lain, Masjid Baiturrahman ini begitu istimewa bukan hanya karena kemegahannya. Masjid Baiturrahman menjadi bukti kebesaran Tuhan. Dulu, ketika peristiwa tsunami masih hangat diperbincangkan, Masjid ini banyak menjadi sorotan karena tak hancur oleh kedahsyatan tsunami padahal di sekitar masjid tersebut sudah porak poranda akibat tsunami. Beberapa saat setelah tsunami terjadi, Masjid Baiturrahman menjadi salah satu tempat mengungsi warga Banda Aceh tak pandang agama. Muslim dan non muslim pun saat itu berkumpul di Masjid ini untuk berteduh pasca tsunami Aceh melanda. 

Source: www.travellers.web.id
Masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ini terletak di Jalan Raya Masjid Baiturrahman, Banda Aceh. Masjid ini menjadi salah satu masjid tercantik di Indonesia. Jika dilihat bentuk bangunannya dari luar terlintas mengingatkan kita dengan bangunan Taj Mahal di India. Namun, terlepas dari itu semua Masjid Baiturrahman menjadi saksi bisu dahsyatnya peristiwa tsunami yang melanda Aceh Desember 2004 itu. 

Kemegahan Masjid Baiturrahman, Banda Aceh
Source: www.uniqpost.com
Beberapa tempat wisata yang telah saya tulis di atas memang hanya segelintir kecil dari berbagai potensi yang ada di Banda Aceh. Wisata tsunami akan mengingatkan kita akan kebesaran Tuhan dan menjadi sebuah perenungan untuk kita semua mengenai kepiluan yang melanda saudara kita di ujung barat Indonesia pada tahun 2004 lalu. 

Aceh akan tetap menyimpan memori kelamnya yang pernah terkena tsunami. Seiring berjalannya waktu, Aceh kini telah banyak berubah. Aceh memang masih akan terus berbenah. Dan, tak ada salahnya juga kita mencoba wisata tsunami ini di bumi Serambi Mekah!

[nixie devina rahmadiani]

Tulisan ini dibuat dan ditulis untuk mengikuti Banda Aceh Blog Competition 2014: Charming Banda Aceh, Tulis dan perkenalkan Banda Aceh Ban Sigom Donya

Banner Blog Competition

Referensi:
www.indonesia.travel
travelling.bisnis.com
masjidindonesiaterlengkap.blogspot.com

------------
not allowed to copy and paste without permission
copyright by ephemera blog 2014

Senin, 21 April 2014

Traveling Sendirian, Kenapa Nggak?!

Memilih untuk traveling sendirian memang bukan hal yang mudah. Banyak orang yang suka jalan-jalan, suka traveling. Tapi kalau ditanya untuk traveling sendirian mungkin akan berpikir dua kali untuk melakukannya.

Dulu saya sempat berpikir, berani traveling sendirian itu berarti kita harus siap untuk nggak punya teman ngobrol. Memang sih kita bisa bertemu banyak orang ketika jalan-jalan dan bisa berinteraksi dengan mereka. Tapi nggak mungkin akan sedekat atau seintens kalau kita punya teman ngobrol yang memang dari awal sudah dekat dengan kita.

Faktor paling penting yang perlu dijadikan pertimbangan untuk traveling sendiri adalah factor keselamatan. Apalagi buat seorang perempuan. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk traveling sendiri. Kalau traveling sendiri itu berarti kemana-mana kita sendiri, yang dapat diandalkan ya diri kita sendiri. Jadi kita harus benar-benar siap mental dan siap dalam hal apapun untuk menghadapi apapun situasinya.

Sampai pada satu kesempatan, saya pun akhirnya merasakan betapa serunya traveling sendirian. Ternyata solo traveling itu nggak seburuk yang saya kira.

Beberapa waktu yang lalu saya menjadi pemenang blog competition yang berhadiah paket sunrise tour ke Bromo. Saya excited sekali untuk bisa mengunjungi Bromo. Jujur saja saya memang belum pernah mengunjungi Bromo sebelumnya. Tapi ada satu hal yang membuat saya agak ragu apakah saya tetap mengambil hadiahnya atau tidak. Satu sisi saya ingin ke Bromo, namun di sisi lain saya harus berangkat ikut tour sendirian. Tanpa ada satupun orang yang saya kenal. Saya pun membuang segala keraguan pada diri saya. Saya akhirnya tetap memutuskan untuk mengambil hadiah tersebut dan nekat ke Bromo untuk pertama kalinya tanpa satupun teman yang sudah saya kenal. Kesempatan tidak akan datang dua kali.

Hari keberangkatan untuk menuju Bromo pun tiba. Saya telah menghapus segala keraguan saya. Saya dijemput oleh sopir agen tour sekitar tengah malam. Ketika saya memasuki jeep yang akan saya tumpangi untuk menuju destinasi,  saya pun terkejut karena ternyata saat itu hanya ada saya dan sopir tersebut. Saya sempat berpikir mungkin memang hanya saya saja yang berangkat ke Bromo malam itu. Ada sedikit rasa takut dalam diri saya ketika mengetahui hal tersebut. Selama perjalanan, saya berbincang-bincang dengan pak sopir. Mencoba memecahkan keheningan sembari saya tak henti-hentinya berdo’a dalam hati agar saya diberikan keselamatan sampai saya pulang keesokan harinya.

Dugaan saya salah. Ternyata ada 3 orang perempuan yang dijemput setelah saya dan juga ikut tour malam itu. Saya bersyukur. Setidaknya saya bukan satu-satunya orang yang ada di dalam jeep bersama pak sopir. 3 orang perempuan itu duduk di seat belakang. Saat mereka masuk jeep saya berusaha untuk tersenyum. Saya mencoba bersikap ramah dan terlihat friendly pada mereka. Tapi respon mereka tidak begitu baik. Mereka sibuk dengan dirinya masing-masing. Saya tak ambil pusing. Saya pun akhirnya ikut bersikap masa bodoh.

Saya pikir ketika sampai di Bromo nanti pak sopir ini juga akan merangkap menjadi guide. Setidaknya mengantarkan peserta trip ke tempat tujuannya. Ternyata apa yang saya pikirkan salah. Peserta tour dibiarkan untuk mengeksplor sendiri tanpa ditemani pak sopir.

Saya masih ingat bagaimana respon 3 mbak-mbak itu pada saya ketika mereka memasuki jeep. Saya malas untuk mengajak mereka jalan bareng, apalagi jika saya secara terang-terangan meminta bergabung dengan mereka bertiga. Saya tidak peduli lagi meskipun saya harus jalan sendirian selama satu hari penuh. Tidak masalah bagi saya. Kejengkelan saya mengalahkan rasa ragu saya. 

Ketika saya akan jalan sendiri, tak diduga mereka bertiga memanggil saya. Mereka justru meminta agar saya menjadi penunjuk arah atau sebagai guide mereka. Entah apa yang ada dipikiran mereka. Mereka sepertinya tidak tahu bahwa saya pun juga baru pertama kalinya mengunjungi Bromo.

Lama kelamaan suasana mulai mencair. Saya dan ketiga mbak-mbak itu pun semakin dekat. Rasa jengkel saya karena mereka tidak merespon baik menghilang. Bahkan sampai sekarang pun saya masih menjalin hubungan baik dengan mereka.

Yah setidaknya pengalaman solo traveling saya untuk pertama kalinya cukup menyenangkan dan mengesankan. Dari yang awalnya saya berangkat sendirian tanpa satupun teman yang saya kenal, sampai pada akhirnya saya justru mendapatkan teman-teman baru dari berbagai daerah.

Solo traveling was not all that bad, kok. Saya berkeinginan  untuk melakukan solo traveling lagi. Yah semoga ada kesempatan dan segera terwujud! 

-------
*NB: fyi, tulisan ini akan segera diterbitkan untuk dipamerkan dalam acara pameran karya UKMP dalam buku kompilasi tulisan kelompok gagas media. hihihi :)

not allowed to copy and paste without permission
copyright by ephemera blog

Senin, 31 Maret 2014

Happiness is A Way of Travel, Not a Destination! (Part 2)

Senin, 31 Maret 2014
Saya nggak akan banyak cerita disini, biarkan foto-foto ini yang bercerita semuanya. Asek!\
Hari ini pertama kalinya saya ke Museum Angkut di Batu-Malang. Museum ini baru dibuka awal Maret lalu. Overall, sih menurut saya bagus banget museumnya tapi memang masih perlu pembenahan disana sini :)

Museum ini bisa banget masuk weekend list tempat yang harus dikunjungi. Untuk HTMnya kalo weekdays 40.000, weekend/hari libur 60.000, dan ini yang mungkin agak bikin males sih sebenarnya. Kalo bawa kamera pocket/slr akan dikenakan charge 50.000. Tapi worth-it kok dengan harga segitu, dijamin puas setelah masuk sini :D





















-----
not allowed to copy and paste without permission
copyright by ephemera blog 2014

Happiness is A Way of Travel, Not a Destination! (Part 1)

Rasanya 4 hari terakhir ini adalah hari-hari berharga di bulan Maret. Dari 31 hari di bulan Maret ini, ada nyempil 1 tanggal merah pas di akhir bulan. By the way, Rahajeng Nyepi untuk umat Hindu yang sedang merayakan ya. Tapi berhubung status saya adalah mahasiswa yang notabene kuliahnya cuma 4 hari dari senin-kamis, itu berarti jatah liburan saya nambah deh jadi 4 hari. Alhamdulillah...

Berawal dari ajakan Ibu sekitar seminggu yang lalu untuk berkunjung ke rumahnya Mbah di Tulungagung pas hari Minggu kemarin dan rencananya mau pulang hari Senin ini. Terus si Ibu juga ngajak pas berangkat itu mampir main dulu ke Blitar. Rencananya mau ke Candi Penataran sama Makam Bung Karno. Kebetulan saya emang belum pernah ke 2 tempat itu sih jadi cukup excited untuk acara jalan-jalannya ini. Yah tau sendiri kan saya ini orangnya haus akan jalan-jalan. Hehe. Nah tepat hari sabtunya, sehari sebelum berangkat, Ibu saya sakit dan akhirnya si Ayah bilang nggak usah pergi dulu. Si ibu biar istirahat. Dang! Apa mau dikata. Kecewa? Pasti! Tapi saya juga nggak bisa memaksakan untuk tetep pergi. Kalau tau bakalan batal sih ya saya milih untuk pesen tiket kereta seminggu sebelumnya dan berangkat sendirian ke Tulungagungnya. Kalo ditanya takut apa enggak, saya udah biasa naik kereta sendirian. Sejauh ini juga aman-aman aja kok dan semoga akan terus tetap aman :) 
Pada akhirnya saya liburan ini tetep stay di Malang aja.

Hari Minggu kemarin ini saya rasanya males untuk di rumah aja. Saya ingat bahwa besok (pas hari Senin ini) adalah hari Nyepi. Biasanya pas hari Nyepi pasti ada pawai Ogoh-ogoh. Tau ogoh-ogoh kan? Semacam replika patung raksasa besar-besar dan tradisi dari orang Hindu sendiri nanti ogoh-ogohnya itu dibakar sebagai simbol perlawanan pada roh-roh jahat. Mohon maaf kalau penjelasan saya tentang ogoh-ogoh itu tadi salah. Secara umumnya sih kayak gitu. Lalu saya tanya ke temen saya yang beragama Hindu tempat yang ngadain pawai ogoh-ogoh itu dimana. Temen saya jawab di lapangan rampal ada. Saat itu juga saya langsung memantapkan diri untuk berangkat liat pawai ogoh-ogoh. Sendirian. Tanpa teman. 

Oke. Saya udah kayak anak 'freak' yang pergi sendirian tak berteman :| Pikiran saya waktu itu adalah pengen 'balas dendam' sama jalan-jalan yang gagal ke Blitar itu dengan pergi ke suatu tempat. Dan juga sekalian cari-cari objek foto. Lumayan buat menuh-menuhin akun instagram. Haha. Fyi, hari Jumatnya akun instagram @describeindonesia memfitur salah satu foto saya. Senang sekali rasanya bisa turut andil dalam mempromosikan pariwisata Indonesia salah satunya via instagram. Saya sudah membayangkan objek umat Hindu dengan baju sembahyangan yang khas dan segala rupa sesajen-sesajen dan juga pawai ogoh-ogohnya akan menjadi objek yang menarik di mata saya. Rencana awalnya foto yang saya dapat nanti itu akan saya post di instagram dan di tag ke akun-akun official promosi pariwisata indonesia. Siapa tahu saya di-fitur-in lagi. Hehe :D


akun instagram @describeindonesia

Sekitar jam 10an pagi, saya berangkat ke lapangan rampal untuk menuntaskan hasrat saya, namun pas saya kesana dan ternyata... ZONK!!! Pawai ogoh-ogohnya gak ada dan dari kejauhan terdengar umat Hindu yang masih mengucapkan do'a-do'anya. Terlihat sakral sekali. Saya pun akhirnya mengurungkan niat ke tempat diadakannya pawai ogoh-ogoh itu. Saya memutar otak lagi. Saya nggak pengen ngendon di rumah. Saya pengen jalan-jalan pokoknya! Walaupun sendirian nggak jadi masalah buat saya. Akhirnya pikiran saya tertuju pada salah satu tempat yang memang belum pernah saya kunjungi dan tempatnya juga nggak jauh-jauh dari pusat kota. Museum Malang Tempo Dulu! Oh so yes! Ini adalah destinasi yang membuat saya merasa betapa beruntungnya saya hari itu ;)

I know, Allah always has great another plan for me. Pas sampai di depan museum saya sempat agak ragu. Kok sepi amat tempatnya. Kayak ga ada yang ngunjungin gitu. Di depan museumnya ada petugas yang lagi bersih-bersih dan saya tanya ke beliau apakah museumnya buka. Padahal saat itu saya sebenernya tau kalau di di pintu kacanya udah ada tanda tulisan 'BUKA'. Saking ragunya saya sama tempat itu. Hahaha. Saya pun masuk ke dalam. Di depan meja loket ada beberapa tas carrier ala backpacker. Saya cuma mbatin mungkin ada yang mau berangkat backpacking terus meeting pointnya disitu. Pikiran saya terlalu jauh sepertinya. Setelah bayar HTM, saya pun menyusuri lorong-lorong museum itu sendirian. Di awal-awal agak spooky gitu. Maklum masih di zona Malang jaman jebot alias masih jamannya kerajaan-kerajaan jadi dibikin kesannya agak remang-remang. Lalu saya menyusuri ke dalam dan akhirnya mulai masuk zona yang agak modernan dikit. Dan disana udah ada beberapa orang bersama 1 guide yang lagi jelasin. Itu pasti si empunya yang punya tas-tas carrier itu. Benar saja ternyata pikiran saya. Saya pun akhirnya ikut mendengarkan penjelasan dari guide itu terus ngobrol-ngobrol sama mas guide dan lama-lama kenalan juga sama Mbak-mbak dan Mas-mas backpacker itu. Mereka dateng dari Bali, Bandung, dan Jogja.

Mungkin awalnya saya dibilang orang aneh karena pas ditanyain kesana sama siapa ya saya hanya bisa jawab sendirian. Persona saya muncul. Pas ditanya kok sendirian aja yah saya jawab dengan gaya sok intelek aja. Saya bilang daripada di rumah ga ngapa-ngapain mending ke museum sekalian belajar. Hahahaha. Sampai pada satu waktu saya ngobrol sama mbak-mbak backpacker itu:
"Bentar lagi mau kemana Nik?" (Mbak Pristy manggil saya)
"Nggak tau juga sih Mbak. Masih ga punya tujuan lagi"
Mbak Pristynya ketawa "Ikut kita aja gapapa, sekalian jadi guide"
Lalu saya tanya balik, "Ini rencana mau kemana lagi habis ini Mbak?"
"Pengennya ke toko oen. Jauh nggak sih kalo jalan kaki?"
"Enggak kok Mbak. Yaudah ayo deh Mbak"

Saya dan Mbak Dwi, Mbak Dewi, Mbak Pristy, dan Mbak Rorien.

Jadi setelah dari Museum Malang Tempo Dulu saya pergi nemenin mereka ber-6 ke toko Oen. Saya ngobrol banyak dengan mereka. Saya juga belajar banyak dari Mbak-mbak dan Mas-mas ini tentang dunia backpacking. Bisa jadi modelling bagi saya. Saya juga dapet beberapa referensi tempat yang pas budgetnya dengan kantong backpacker di beberapa tempat. 
Pada akhirnya waktu juga yang memisahkan kita. Setelah dari toko Oen saya memutuskan untuk balik misah dengan mereka karena saya mau ada acara lagi sama keluarga saya. Jadi setelah saya ngasi petunjuk jalan ke mereka saya balik pulang ke rumah. 

Terimakasih untuk Mbak Pristy, Mbak Dwi, Mbak Dewi, Mbak Rorien, Mas Argi, dan Mas Agus yang sudah jadi 'teman jalan' yang singkat tapi bener-bener 'ngena' di saya. Semoga bisa bertemu lagi di lain waktu. 

Saya bersama mereka sesaat sebelum berpisah di depan Toko Oen

Saya pun pulang dengan membawa banyak pelajaran dari mereka-mereka ini :) 

Moral of this story:
Jangan cuma ngendon di rumah! Dunia itu luas banget. Cari teman sebanyak-banyaknya. Kalau bisa jangan cuma temen yang cuma itu-itu aja misalnya dari cuma yang 1 kota, atau temennya temen kita, dan semacamnya. Khususnya buat yang suka traveling, teman-teman semacam ini akan sangat-sangat berguna untuk memberikan referensi tempat di kota mereka, atau mungkin yang mereka pernah kunjungi :)

----
not allowed to copy and paste without permission
copyright by ephemera blog 2014

Rabu, 19 Maret 2014

Beta Cinta Indonesia

Malang, Maret 2014

Kita sering mendengar Indonesia memiliki berbagai julukan seperti nusantara, negara maritim, heaven on earth, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan sejak kecil, saya sering dikenalkan dengan julukan atau nama lain dari Indonesia. Tapi rasanya julukan-julukan yang indah itu dikotori dengan berbagai permasalahan yang semakin banyak dan rumit. Miris rasanya jika melihat Indonesia saat ini. Hampir setiap hari, selalu ada pemberitaan yang menggambarkan seolah Indonesia adalah “gudangnya” permasalahan. Permasalahan yang seperti tiada henti dan tanpa penyelesaian. Permasalahan-permasalahan yang seringkali justru dibuat sendiri oleh petinggi-petinggi di Negeri ini yang membuat masyarakatnya kehilangan cinta akan tanah airnya sendiri.

Memang. Jika kita hanya melihat Indonesia dari satu sisi saja, terlebih lagi dari apa yang sering diberitakan di media-media kita akan menilai Indonesia ini  begitu buruk dengan berbagai permasalahannya. Inilah saatnya kita untuk lebih membuka mata dan memandang secara lebih bijak lagi tentang negeri kita.

Ingatkah anda ketika melihat kartu pos dengan berbagai foto objek wisata di Indonesia yang begitu cantik? Ingatkah anda ketika melihat tayangan-tayangan di televisi atau di media lain yang menggambarkan betapa mempesonanya alam Indonesia? Kaya dan indah. Begitulah kata-kata yang dapat menjelaskan tentang bagaimana Negeri seribu pesona ini. Bagaimana tidak? 17.000 lebih pulau. 34 provinsi. Dari ujung barat di Pulau Rondo sampe ujung timur di Merauke. Yang  paling utara di Pulau Miangas sampai yang paling selatan di Pulau Rote. Semua daerah di Indonesia memiliki keragamannya sendiri. Baik keragaman sumber daya alamnya, ragam budaya dan kesenian, dan kearifan lokal yang ada di masing-masing daerah tersebut.

Indonesia memiliki banyak sekali tempat indah yang tersebar di ribuan pulau. Saking luasnya, barangkali kita tak akan mampu walaupun seumur hidup dihabiskan untuk mengelilingi semua wilayah di Indonesia. Saya pernah membaca Bapak Proklamator kita, Soekarno pernah mengatakan dalam pidatonya “Negeri kita kaya raya, Saudara! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia”. Kita harus tetap mengingat bahwa Indonesia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki Negara lain.  Negeri ini begitu cantik dan kaya dengan keindahan alam dan ragam budayanya. Keindahan Indonesia bukan hanya sebagai pelengkap hiasan di kartu pos saja. Dengan melihat sisi lain dari Indonesia, semoga saja kita semua dapat lebih memahami bahwa negeri ini tidak hanya tentang berbagai permasalahan. Sudah sepatutnya kita bangga hidup di Nusantara.

Saya akan tetap cinta Indonesia. Terlepas dari berbagai permasalahan yang menimpa. (nx)

----------
not allowed to copy and paste without permission
copyright by ephemera blog 2014

Minggu, 23 Februari 2014

My Vision about Marriage

Jangan kaget dulu dengan judul di atas!
Kenapa saya ngambil judul itu di atas? Itu mungkin pertanyaan yang klise bagi para pembaca setia (if any :D) atau kepoers atau blog walkers yang menyempatkan waktunya untuk sekedar mampir di blog ini. Yaah jawabannya klise juga. Karena saya tiba-tiba kepikiran untuk bikin postingan yang topiknya tentang 'Menikah' :p

Sering nggak sih pas ketemu sama temen dari orangtua kita, terus temennya orangtua kita itu bilang "wah anakmu udah besar ya. bentar lagi bakal punya mantu nih" atau pertanyaan-pertanyaan lain sejenis. Nah mungkin nggak cuma saya aja yang mengalami itu. Saya yakin kalian pun pernah mengalaminya :) Pas dikasi pertanyaan sejenis itu biasanya saya sih cuma membatin aja "mau nikah gimana, pacar aja belum punya!". 

Saya nggak mau menyebut diri saya mengenaskan hanya karena tidak belum mempunyai pacar/calon suami/calon pendamping hidup/etc/blablabla. Setelah beberapa kejadian yang tidak perlu saya ceritakan disini saya berprinsip bahwa saya nggak ingin pacaran yang hanya buat main-main lagi. Saya kepinginnya ketika saya menemukan seorang pacar semoga itu memang benar-benar jodoh saya dan berakhir di hubungan pernikahan. Yah saya nggak mau sok sok woles. Jujur saja saya pernah mengalami masa-masa krisis kepercayaan diri kenapa kok saya belum dianugerahi seorang pacar/jodoh, dimana beberapa teman-teman saya bahkan ada yang udah menikah :( Secara psikologis, emang wajar kalau ada pikiran seperti itu karena memang di usia-usia saya seperti ini idealnya fokus hidup adalah untuk tujuan karier dan hubungan cinta. Tetapi setelah saya pikir-pikir lagi mungkin Allah memang masih menyimpan jodoh saya dan memang belum direstui untuk dipertemukan saat ini. 

Saya sempat ada pikiran ingin menikah di usia 23 tahun. Entah mungkin karena pada saat itu momennya bertepatan ada salah satu teman saya yg menikah dan saya ngeliat mereka duduk di pelaminan itu sepertinya suatu hal yang sangat sangat membahagiakan menurut saya. Atau mungkin juga karena terpengaruh dengan prinsip saya yg tidak ingin lagi untuk pacaran-pacaran lagi. Saya mungkin hanya membayangkan betapa enaknya punya partner hidup yang seutuhnya adalah milik saya. 

Rumah tangga itu rumit, kalau sederhana, itu rumah makan padang - Agus Kuncoro
  Pada suatu waktu saya dihadapkan dengan sebuah realita yang menunjukkan bahwa dalam pernikahan itu pasti ada kalanya ditimpa cobaannya. Namun, tinggal bagaimana pasangan itu menghadapi cobaan. Banyak sekali contoh rumah tangga yang sudah bepuluh-puluh tahun dibina namun ketika ada cobaan yang mungkin sudah mencapai titik puncaknya, pasangan tersebut justru "menyerah pada keadaan" dan memilih perceraian sebagai jalan keluarnya. Pikiran saya sedikit demi sedikit mulai terbuka bahwa memang sebuah rumah tangga itu nggak mungkin akan selalu berjalan mulus. Sebuah hubungan rumah tangga justru akan didewasakan dari pengalaman bagaimana pasangan tersebut menghadapi suatu cobaan. 

Melihat realita tersebut, pikiran saya untuk menikah muda-pun mulai menghilang. Saya ingat cerita salah satu dosen saya yang bahkan hingga usia 30 tahunan belum juga menikah. Dosen saya mengatakan "Saya sekarang memang sendirian namun saya sudah cukup bahagia dengan kehidupan yang saya miliki. Saya tidak tahu apakah ketika saya menikah nanti saya akan lebih bahagia atau bagaimana". Kalo menruut teorinya Maslow, mungkin dosen saya memang telah mencapai aktualisasi dirinya sampai-sampai ia mungkin menomorakhirkan urusan menikah. 

Bulan Januari lalu, kebetulan kakak sepupu saya baru saja menikah. Saya mengobrol dengan kakak sepupu saya itu. Dia sempat nyeletuk "wah bentar lagi nyusul ini kamu!" dan saya hanya menimpalinya dengan ketawa kecil. Kakak sepupu saya lalu bertanya "target nikah usia berapa dek?". Lalu saya jawab "aduh nggak tau mas. pengennya masih seneng-seneng dulu". Mas saya menimpali "kamu umur berapa se sekarang?" "20 mas" "Kalo cewek tuh idealnya yah 23-24-25 lah. Ntar lulus kuliah mau sekolah lagi?" "Insyaalah iya pengen lanjut lagi." Lalu saya pun cerita tentang dosen sy yang telah mencapai aktualisasi dirinya itu. Mas saya komentarnya seperti ini:

"Waaa kalo aku sih nggak setuju. Soalnya apa? Walaupun dia udah bahagia dengan keadaannya sekarang, mau gimanapun dia akan butuh seorang pendamping. Kan kita hidup juga bakalan jadi tua. Sementara saudara-saudara atau temen-temen kita juga akan bertambah tua dan bakalan punya kehidupan masing-masing dengan pasangannya. Kalo udah kayak begitu terus kita kalo ga punya pasangan hidup mau sama siapa?! Emang mau jd kesepian. Apalagi kalo buat cewek. Usia diatas 30 tahun itu sebenarnya juga udah rentan. Apalagi kan kalo pengen punya anak usia-usia 30 tahun ke atas itu rawan banget. Kalo menurutku sih ya gapapa nyenengin diri sendiri dulu tapi urusan nikah juga jangan dilupain."

OH MY GOD, HE'S SUCH A GENIUS MAN!!!!! :( Dia membuka pikiran saya. 

Be Careful of What You Wish For
Saya sekarang 20 tahun. Saya masih memiliki banyak sekali mimpi-mimpi yang belum saya raih. Saya masih ingin jalan-jalan, saya masih ingin lanjut sekolah, saya ingin membahagiakan orangtua saya, saya ingin mencapai titik puncak aktualisasi diri saya, and saya pun ingin bertemu dengan partner hidup saya dan membina rumah tangga. Saya tak tahu kapan waktunya Allah mempertemukan saya dengan jodoh saya. Namun ketika waktu itu datang, saya yakin itulah yang terbaik yang Allah berikan pada jalan hidup saya. Saya akan siap secara lahir batin ketika Allah telah memberi restunya untuk saya. Pada prinsipnya saya akan menikah ketika Allah sudah 'memberi restu' bahwa memang inilah waktunya dan saya telah siap secara psikis dan yang tak kalah terpenting adalah secara finansial :)

----------
not allowed to copy and paste without permission
copyright by ephemera blog 2014

Senin, 03 Februari 2014

Imma Happy Traveler! :)

Beberapa waktu lalu sekitar bulan Desember 2013 Ibuk bilang ke aku kalau ada kompetisi blog dari Lenong Rumpi Kopitiam Resto Malang yang temanya tentang review makanan Indonesia. Dari pamfletnya aku cukup excited  untuk ikutan karena berhasil teriming-imingi oleh hadiah yang bakal didapat yaitu sunrise tour ke Bromo. Lumayan kan bisa traveling gratisan :p Masalahnya entah kenapa pada saat itu agak males-malesan untuk posting. Yang ada di pikiranku cuma bayangin rasanya ntar pas menang. Dasar sifatnya manusia maunya langsung dapet enak tanpa ada usaha :| Sampai pada H-1 deadline posting blog akhirnya ku bikin postingan juga untuk kompetisi ini. Ini dia nih postingan review makanan Indonesia yang berhasil membawaku tour gratisan ke Bromo. Haha :D 

Saat itu bertepatan tahun baru, aku lagi ada di Jogja. Pagi-pagi tanggal 1 Januari iseng kubuka twitternya @lenongrumpiRI karena kebetulan pengumuman untuk pemenang kompetisi blognya pas tanggal 31 Desember. Nah mungkin rejeki aku kali yaa, aku jadi salah satu dari 3 pemenang kompetisi blog itu dan dapet hadiah sunrise tour ke Bromo :D Alhamdulillah. Rejeki di awal tahun 2014. Semoga kedepannya makin banyak 'rejeki tak terduga' untuk saya ya. Amiin :)

Kalau dipikir-pikir lagi memang kayaknya Desember-Januari ini adalah bulan-bulan aku untuk bepergian ya. Sejak liburan semester dimulai ke Tulungagung, akhir tahun di Jogja, pertengahan januari semingguan di Jakarta, dan ini akhir Januari ke Bromo. Wehehe. Beberapa komentar dari teman-teman saya: ada yang bilang "duh jalan-jalan terus!", "duh enak banget traveling terus", "enak rek jadi nixie", and bla bla bla. Oke persilahkan saya untuk berkomentar ya. Menurut saya traveling itu tentang moment. Kalo momentnya pas dan istilahnya 'direstui Allah' ya kamu akan bisa jalan-jalan terus. Terkait juga sama yang tentang ke Bromo, komentar saya adalah jaman kayak gini internet jangan cuma dibuat buka twitter, fesbuk, dan sosmed-sosmed lainnya. Banyak-banyaklah cari info tentang kompetisi atau apapun yang sesuai sama passionmu dong. Kalo aku sendiri memang suka blogging, dan sedang 'merintis' jadi traveler biar nggak cuma jadi 'traveler wannabe' tapi juga jadi 'the real traveler ;) . Ya aku cari info-info yang berhubungan dengan passionku itu. Hehehe :p

Dan akhirnya inti dari postingan ini adalah report trip ke Bromo kemarin. Yap! aku berangkat ke Bromonya tanggal 1 Februari tengah malam. Yang membuat saya lebih excited selain karena dapet gratisan adalah ini bisa dibilang adalah pengalaman pertamaku solo traveling! Hehehe. Berangkat sendiri tanpa bersama orang-orang dekat yang sudah dikenal. Alhamdulillah sama orangtua diijinkan. Wahaha :D But, solo traveling was not all that bad kok. Pada akhirnya, aku dapet 3 teman baru dari Balikpapan. Lumayan kan bisa nambah link kalau suatu hari nanti traveling ke Balikpapan atau daerah Kalimantan ada yang bisa jadi guide, yang pastinya gretongan :D Pengen banget kapan-kapan solo traveling lagi ke suatu tempat. Semoga tak terhalang ijin oleh orangtua :D

Straight to the point aja. Nih foto selama 'liburan gratisan' kemarin :D 















 







Nggak ketinggalan juga videonya. Nih!!! Kurang lengkap apa coba postingan ini. All to celebrate my happiness, recently haha :p



Moral of this story:
1. Always take the chance in front of you! Take it or you will lose some 'great plan' that Allah has made for us if you let that chance away.
2.Stop working, or anything that spend your time the most, and then GO Traveling!
3. Stop thinking that traveling is must always going somewhere with your bestfriends or someone who have recognize you. You can be a solo traveler. Believe me, solo traveling is not all that bad. You can meet new friends, and would have a great experience :D

Semoga postingan ini bermanfaat untuk aku, kamu dan kita semua. Azzeg :D
Wassalam!


----------------------

not allowed to copy and paste without permission
copyright by ephemera blog 2014